Dalam era sekarang ini dapat kita lihat bahwa banyak sekali ketidakadilan yang dialami oleh kaum perempuan. Semakin berkembangnya zaman dan masuknya arus modernisasi ke Indonesia tidaklah bisa dijadikan alasan untuk menjadikan perempuan bisa mendapatkan sebuah "keadilan".
Inilah beberapa bentuk ketidakadilan yang dapat saya lihat dalam kehidupan sehari-hari :
Sterotype
Semua bentuk ketidakadilan gender diatas
sebenarnya berpangkal pada satu sumber kekeliruan yang sama, yaitu
stereotype gender laki-laki dan perempuan.
Stereotype itu sendiri berarti pemberian
citra baku atau label/cap kepada seseorang atau kelompok yang
didasarkan pada suatu anggapan yang salah atau sesat. Pelabelan
umumnya dilakukan dalam dua hubungan atau lebih dan seringkali digunakan
sebagai alasan untuk membenarkan suatu tindakan dari satu kelompok atas
kelompok lainnya.
Pelabelan juga menunjukkan adanya relasi
kekuasaan yang timpang atau tidak seimbang yang bertujuan untuk
menaklukkan atau menguasai pihak lain. Pelabelan negative juga dapat
dilakukan atas dasar anggapan gender. Namun seringkali pelabelan
negative ditimpakan kepada perempuan.
Contoh :
-
Perempuan dianggap cengeng, suka digoda.
-
Perempuan tidak rasional, emosional.
-
Perempuan tidak bisa mengambil keputusan penting.
-
Perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah tambahan.
-
Perempuan yang memakai pakaian yang minim dan dengan dandanan yang menor adalah perempuan nakal.
|
Kekerasan
Kekerasan (violence) artinya
tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh salah
satu jenis kelamin atau sebuah institusi keluarga, masyarakat atau
negara terhadap jenis kelamin lainnya.
Peran gender telah membedakan karakter
perempuan dan laki-laki. Perempuan dianggap feminism dan laki-laki
maskulin. Karakter ini kemudian mewujud dalam ciri-ciri psikologis,
seperti laki-laki dianggap gagah, kuat, berani dan sebagainya.
Sebaliknya perempuan dianggap lembut, lemah, penurut dan sebagainya.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan
pembedaan itu. Namun ternyata pembedaan karakter tersebut melahirkan
tindakan kekerasan. Dengan anggapan bahwa perempuan itu lemah, itu
diartikan sebagai alasan untuk diperlakukan semena-mena, berupa tindakan
kekerasan.
Contoh :
-
Kekerasan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh suami terhadap isterinya di dalam rumah tangga.
-
Pemukulan, penyiksaan dan perkosaan yang mengakibatkan perasaan tersiksa dan tertekan.
-
Pelecehan seksual.
-
Eksploitasi seks terhadap perempuan dan pornografi.
Beban ganda (double burden)
Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya.
Peran reproduksi perempuan seringkali
dianggap peran yang statis dan permanen. Walaupun sudah ada peningkatan
jumlah perempuan yang bekerja diwilayah public, namun tidak diiringi
dengan berkurangnya beban mereka di wilayah domestic. Upaya maksimal
yang dilakukan mereka adalah mensubstitusikan pekerjaan tersebut kepada
perempuan lain, seperti pembantu rumah tangga atau anggota keluarga
perempuan lainnya. Namun demikian, tanggung jawabnya masih tetap berada
di pundak perempuan. Akibatnya mereka mengalami beban yang berlipat
ganda.
Marjinalisasi
Marjinalisasi artinya : suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan.
Banyak cara yang dapat digunakan untuk
memarjinalkan seseorang atau kelompok. Salah satunya adalah dengan
menggunakan asumsi gender. Misalnya dengan anggapan bahwa perempuan
berfungsi sebagai pencari nafkah tambahan, maka ketika mereka bekerja
diluar rumah (sector public), seringkali dinilai dengan anggapan
tersebut. Jika hal tersebut terjadi, maka sebenarnya telah berlangsung
proses pemiskinan dengan alasan gender.
Contoh :
-
Guru TK, perawat, pekerja konveksi,
buruh pabrik, pembantu rumah tangga dinilai sebagai pekerja rendah,
sehingga berpengaruh pada tingkat gaji/upah yang diterima.
-
Masih banyaknya pekerja perempuan
dipabrik yang rentan terhadap PHK dikarenakan tidak mempunyai ikatan
formal dari perusahaan tempat bekerja karena alasan-alasan gender,
seperti sebagai pencari nafkah tambahan, pekerja sambilan dan juga
alasan factor reproduksinya, seperti menstruasi, hamil, melahirkan dan
menyusui.
-
Perubahan dari sistem pertanian
tradisional kepada sistem pertanian modern dengan menggunakan
mesin-mesin traktor telah memarjinalkan pekerja perempuan,
Subordinasi
Subordinasi Artinya : suatu penilaian
atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin
lebih rendah dari yang lain.
Telah diketahui, nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat, telah memisahkan dan memilah-milah peran-peran
gender, laki-laki dan perempuan. Perempuan dianggap bertanggung jawab
dan memiliki peran dalam urusan domestik atau reproduksi, sementara
laki-laki dalam urusan public atau produksi.
Pertanyaannya adalah, apakah peran dan
fungsi dalam urusan domestic dan reproduksi mendapat penghargaan yang
sama dengan peran publik dan produksi? Jika jawabannya “tidak sama”,
maka itu berarti peran dan fungsi public laki-laki. Sepanjang
penghargaan social terhadap peran domestic dan reproduksi berbeda dengan
peran publik dan reproduksi, sepanjang itu pula ketidakadilan masih
berlangsung.
Contoh :
-
Masih sedikitnya jumlah perempuan yang
bekerja pada posisi atau peran pengambil keputusan atau penentu
kebijakan disbanding laki-laki.
-
Dalam pengupahan, perempuan yang
menikah dianggap sebagai lajang, karena mendapat nafkah dari suami dan
terkadang terkena potongan pajak.
-
Masih sedikitnya jumlah keterwakilan perempuan dalam dunia politik (anggota legislative dan eksekutif ).
|
|
|
Spade and Tissue Care: A Detailed Analysis of a
BalasHapusSpade and Tissue 인터넷 바카라 사이트 Care: A Detailed Analysis of a a Tissue Care: A Detailed Analysis of a titanium septum ring Spade and 2016 ford fusion energi titanium Tissue rocket league titanium white Care: A Detailed Analysis nipple piercing jewelry titanium of a Spade and Tissue Care: A